Friday, January 7, 2011

Indonesia Pancen Houye

Indonesia Pancen Houye. Ladida menulis artikel Indonesia Pancen Houye ini karena ingin mencoba peruntungan saya di kontes SEO. Yah, meski belum tahu apa-apa soal SEO, tak apalah jika ikut kontes Indonesia Pancen Houye. Dari kata "Houye" saya tidak tahu artinya, dan tidak tahu asal muasal kata Houye tersebut. Namun jika kita melihat struktur hurufnya, kata tersebut seperti Bahasa China, iya bukan? Bukan kali ya. Heheee.

Ngomong-ngomong soal China, pasti sudah pada tahu kan negara yang paling banyak penduduknya di dunia ini. Yap dengan luas 9,596,960 km2 China mempunyai populasi melebihi 1,3 milyar jiwa. Orang-orang Tionghoa dikenal dengan keuletan mereka, bisa kita lihat orang-orang Tionghoa yang tinggal di Indonesia, di sekitar kita. Jadi, bukan tak mungkin kalau negara adidaya Amerika bakal dilumpuhkan oleh China. Oh iya, dalam waktu dekat, orang-orang Tionghoa akan merayakan hari yang ditunggu-tunggu oleh mereka, yaitu Tahun Baru Imlek.

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (Chinese: 正月; pinyin: zheng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh di tanggal ke lima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxi yang berarti "malam pergantian tahun".

Imlek adalah tradisi pergantian tahun. Sehingga yang merayakan Imlek ini seluruh etnis Tiongha apapun agamanya, bahkan menurut Sidharta, Ketua Walubi, masyarakat Tiongha Muslim juga merayakan Imlek.

Asal-usul Imlek berasal dari Tiongkok. Hari Raya Imlek merupakan istilah umum, kalau dalam bahasa Cina disebut dengan Chung Ciea yang berarti Hari Raya Musim Semi. Hari Raya ini jatuh pada bulan Februari dan bila di negeri Tiongkok, Korea dan Jepang ditandai dengan sudah mulainya musim semi.

Adat ini kemudiandi bawa oleh masyarakat Tiongha ke manapun dia merantau, termasuk ke Indonesia. Di Indonesia, selama 1965-1998, perayaan Tahun Baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Indonesia berikutnya yaitu Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional.

Dan masyarakat Tiong Hoa menyambut baik atas keputusan itu. Sampai sekarang, hari raya ini masih terus ada dengan cirikhas adanya barongsai dan angpao serta ramainya klenteng-klenteng di kota-kota atau desa. Keberadaan mereka pun tidak dianggap sebagai hal yang "harus dijauhi" oleh warga Indonesia, malah warga Indonesia respect terhadap mereka. Hmm, jadi mungkin itulah mengapa Indonesia Pancen Houye.


Foot note:

Artikel di atas merupakan artikel dalam mendukung kontes SEO Gebyar Lunar Berbagi Dolar yang diselenggarakan mbak Dhana/戴安娜 selaku pencetus dan pemilik website(DhanaArsega.blog,DhanaOnline.com dan CafeBlogging.com)

No comments:

Post a Comment