Indonesia dikenal dunia dengan keindahan alam dan beragam budaya yang dimiliki. Kita sebagai warga negara Indonesia pun juga menyadari hal itu, namun sepertinya belum dimanfaatkan dan dirawat secara maksimal oleh pemerintah supaya dapat mendatangkan keuntungan.
Nah, dari semua budaya yang terkenal itu salah satunya adalah wayang. Tentu kalain sudah tahu seperti apa wayang itu? Kebanyakan orang berpendapat wayang itu terbuat dari kulit dan bermata satu, sehingga hal apa pun yang bersifat satu kebanyakan berkaitan dengan kata "semata wayang", contohnya anak semata wayang, gol semata wayang, dan yang lain.
Namun, ternyata banyak juga orang yang tidak mengenal wayang, apalagi yang tinggal di sekitar Jawa. Ya, untuk orang jauh dari Jawa mungkin belum begitu mengenal, itu wajar. Mereka bahkan tidak tahu nama tokoh dari cerita pewayangan tersebut. Apalagi mengetahui namanya, melihat acara pementasan wayang kebanyakan mereka memandang sebelah mata. Cerita dari guru bahasa jawa saya, dahulu pementasan wayang merupakan hiburan satu-satunya karena belum ada radio, apalagi hadphone. Dan orang-orang zaman dulu sangat senang akan cerita-cerita wayang, bahkan banyak yang punya idola favorit.
Dan di zaman sekarang ini, saya memang jarang melihat ada pementasan wayang. Sangat sedikit generasi muda yang meneruskan sebagai dalang, yaitu orang yang menggerakkan wayang. Sulit memang untuk menjadi dalang, namun setidaknya ada generasi penerus yang mau melanjutkan budaya yang berharga ini.
Sejarahnya, wayang dahulu dikembangkan oleh Sunan Kali Jaga dan Raden Patah. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".
UNESCO bahkan telah mengakui pertunjukan wayang merupakan karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 7 November 2003. Lalu, apa yang menyebabkan warga sendiri yang sepertinya sedikit menghargai. Ya tentu saya menulis ini bukan tanpa bercermin, karena jujur saya pun kurang begitu paham, namun karena kekurangan dan keprihatinan saya ini, saya ingin mengingatkan kalian, jangan melupakan budaya kita sendiri. Mari kita lestarikan dan rawat budaya kita. Jangan terlalu terlena akan kemajuan teknologi yang lebih menghibur dan canggih, sesekali mempelajari meski tidak ditekuni kan tidak masalah.
Maaf jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati kalian. I love Indonesia (Peace Love Unity Respect)
referensi : wikipedia dan pengetahuan di sekolah.
Nah, dari semua budaya yang terkenal itu salah satunya adalah wayang. Tentu kalain sudah tahu seperti apa wayang itu? Kebanyakan orang berpendapat wayang itu terbuat dari kulit dan bermata satu, sehingga hal apa pun yang bersifat satu kebanyakan berkaitan dengan kata "semata wayang", contohnya anak semata wayang, gol semata wayang, dan yang lain.
Namun, ternyata banyak juga orang yang tidak mengenal wayang, apalagi yang tinggal di sekitar Jawa. Ya, untuk orang jauh dari Jawa mungkin belum begitu mengenal, itu wajar. Mereka bahkan tidak tahu nama tokoh dari cerita pewayangan tersebut. Apalagi mengetahui namanya, melihat acara pementasan wayang kebanyakan mereka memandang sebelah mata. Cerita dari guru bahasa jawa saya, dahulu pementasan wayang merupakan hiburan satu-satunya karena belum ada radio, apalagi hadphone. Dan orang-orang zaman dulu sangat senang akan cerita-cerita wayang, bahkan banyak yang punya idola favorit.
Dan di zaman sekarang ini, saya memang jarang melihat ada pementasan wayang. Sangat sedikit generasi muda yang meneruskan sebagai dalang, yaitu orang yang menggerakkan wayang. Sulit memang untuk menjadi dalang, namun setidaknya ada generasi penerus yang mau melanjutkan budaya yang berharga ini.
Sejarahnya, wayang dahulu dikembangkan oleh Sunan Kali Jaga dan Raden Patah. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat bekaitan satu sama lain. Yaitu "Mana yang Isi (Wayang Wong) dan Mana yang Kulit (Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)".
UNESCO bahkan telah mengakui pertunjukan wayang merupakan karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang narasi dan warisan yang indah dan sangat berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 7 November 2003. Lalu, apa yang menyebabkan warga sendiri yang sepertinya sedikit menghargai. Ya tentu saya menulis ini bukan tanpa bercermin, karena jujur saya pun kurang begitu paham, namun karena kekurangan dan keprihatinan saya ini, saya ingin mengingatkan kalian, jangan melupakan budaya kita sendiri. Mari kita lestarikan dan rawat budaya kita. Jangan terlalu terlena akan kemajuan teknologi yang lebih menghibur dan canggih, sesekali mempelajari meski tidak ditekuni kan tidak masalah.
Maaf jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati kalian. I love Indonesia (Peace Love Unity Respect)
referensi : wikipedia dan pengetahuan di sekolah.
No comments:
Post a Comment